Tadi malam, saya merasa tidak mengantuk sama sekali. Jam 1 pagi mata saya masih terjaga. sekitar jam 2 pagi saya baru bisa tidur dan bangun jam 4 pagi untuk Sahur.
Dalam ingatan saya selama terjaga, adalah membayangkan keinginan yang nampaknya boleh juga diwujudkan.
Saya punya keinginan untuk bisa berdharma bakti pada kota tercinta saya, Boyolali. Sekarang saya bekerja sebagai PNS Kemenkeu. Seandainya bisa, saya ingin bisa kerja di Pemkab Boyolali, sebagai PNS Daerah di Badan Penerimaan Daerah Kabupaten Boyolali agar sejalan dengan profesi saya saat ini.
Setidaknya kalau saya bekerja di badan penerimaan, saya bisa mengawasi wajib pajak yang nakal atau yang belum tahu tentang urgensinya pajak untuk pembangunan khususnya pembangunan di Boyolali.
Saya sering ngelus dodo melihat ketimpangan sosial dan sarana prasana yang kurang memadai maka pajak daerah harus digenjot agar mendorong belanja modal di Boyolali. Alangkah simpelnya langkah ini.
Saya tahu bahwa pendapatan saya akan jauh berkurang. Maka untuk mengatasi kekurangan ini, saya kok tiba-tiba kepikiran punya usaha sendiri.
Untuk mewujudkan usaha ini, pertama, saya harus menabung untuk bisa beli lahan di pinggir jalan raya. Rencananya akan dibuat kios. Bikin usaha jualan pupuk boleh juga, karena di daerah saya masih sangat banyak yang mengandalkan pertanian.
Apalagi jika saya bisa sekalian menjadi penyuluh pertanian, selain jualan saya juga bisa berdharma kepada masyarakat untuk membantu meningkatkan jumlah panen, membantu penjualan dan mengurangi biaya produksi dengan menjual pupuk dengan harga terjangkau.
Kalau dipikir-pikir ada gila-gilanya juga.
Ini baru angan-angan yang terlintas di kepala.
Alangkah bahagianya kalau aku bisa mewujudkan impian seperti itu. Hidup nyaman dan bisa bekerja dengan penuh gairah.
Bagaimana dengan anak istri?
Hal ini tidak saya lakukan jika tidak direstui anak istri saya. Bagaimanapun, keluargaku yang utama. Tanpa mereka, aku tidak bisa memutuskan sepihak. Egois namanya.
Semoga ada jalan yang baik untuk kami semua.