Bagian Ketiga.
Malam
ketiga di 2021, Bekasi diguyur hujan. Alhamdulillahnya tidak begitu lebat. Trauma
banjir tahun baru 2020 masih teringat jelas. Di akhir tahun baru kusadari,
bencana di awal tahun merupakan pertanda akan adanya bencana lain yang lebih
besar. Walaupun tahun kemarin sungguh berat bagi banyak orang, termasuk aku.
Tapi ada hal yang aku sangat syukuri di balik semua kesedihan itu, yaitu mengenal
Ilham. Baru preambule udah gombal aja haha. Tanpa berpanjang lebar, markilan
(mari kita lanjut) ke bagian ketiga dongengku tentang aku dan dia. Check this
out!
-------------
Jauh sebelum ia melakukan aksi nekadnya, yaitu menelponku, aku baru ingat. Ia pernah melakukan hal nekad yang ga biasa lainnya. Kejadiannya bulan akhir bulan April. Di suatu siang yang sunyi, kebetulan aku sedang jadwal WFH. Aku keluar dari kamarku untuk ke kamar mandi. Saat turun dari tangga, mataku tertuju pada kotak yang cukup besar disandarkan pada lemari buku di ruang tengah.
“Woww, paket siapaa niii?” tanyaku pada ibu yang sedang nonton TV.
Ternyata itu untukku. Heh?? Sontak saja aku bingung. Sambil mencari-cari label pengirim pada kotak tersebut, aku menegaskan kepada ibuku bahwa aku tidak memesan apapun. Belum selesai aku menjelaskannya, aku menemukan nama si pengirim. Buru-buru aku sangkal omonganku tadi.
“Oh iya, ini paketan yang aku pesen kemarin, hehe.”
Serta merta aku naik ke kamarku membawa paketan itu. Sebisa mungkin aku kabur dari pandangan ibu. Saat itu ibu belum tahu Ilham, aku memang tidak pernah menceritakannya. Kalau tahu bisa gawat. Hehe.
Aku diamkan sesaat paket itu terdiam di dalam kamarku. Sungguh aku bingung, menerka-nerka, apa yang dia kirimkan, kenapa mengirimkannya. Pun aku juga tidak mengabarkannya bahwa paket darinya sudah sampai. Setelah satu jam aku fokus pada pekerjaanku, aku memberanikan diri untuk membuka kotak itu. Kotak kardus sepeda (Kalau tidak salah ingat), tidak dibungkus kertas kado atau setidaknya kertas coklat. Aku sungguh tidak ada kepikiran tentang apa isi dari kotak tersebut saat membukanya. Yang kutahu, kardus itu lumayan berat dan bentuknya persegi panjang. Ketika sudah terbuka semua pembungkusnya, kamu tahu apa isinya?
Dua buah pigura dengan ukuran yang cukup besar
(Figura pemberian Mas Ilham)
Aku mengernyitkan dahi dan bergumam, “kenapa figura?”.
Kenapa bukan boneka, buku, atau apalah benda-benda yang biasa diberikan cowok ke cewek. Ternyata dia tidak ingin sepenuhnya membingungkanku, ia selipkan lembaran surat di antara dua figura itu. Ternyata dia mau “membeli” lukisanku*. Benar-benar seperti barter ini mah. Dia minta aku untuk mengirimkan kembali salah satu figura beserta lukisanku. Sebagai gantinya aku boleh menyimpan satu figura lainnya untuk diriku.*Jadi dulu,
waktu awal-awal pandemi, aku rajin sekali melukis. Itupun lukisan yang kubuat
dari hasil belajar online. Aku membuatnya dalam kertas ukuran kecil, ukuran A5.
Tapi ia kirimkan figura yang sangat besar. Aku sejujurnya nggak enak sama dia.
Dia udah bertindak sejauh itu untuk meminta lukisanku, tapi menurutku itu tidak
cukup pantas untuk mengisi figuranya yang besar.
(Kalau ini surat pengantar paketannya, masih kusimpan sampai sekarang)
Selama satu minggu kubiarkan saja permintaannya terbengkalai, tak kupenuhi. Aku ragu untuk membalasnya. Sungguh, aku benar-benar berusaha memahami surat yang ia kirimkan bersama dengan figura itu. Berulang kali aku coba untuk memahaminya, barangkali ada maksud lain di balik surat itu. Tapi ternyata tidak. Dia sungguh hanya ingin aku untuk mengirimkan kembali salah figuranya. Jelas sudah bahwa ia hanya menganggapku sebagai temannya. Aku sempat ada pikiran untuk tidak memenuhi permintaannya itu. Karena di saat yang sama aku juga menerima hadiah dari salah satu teman. Aku merasa kalau aku pilih kasih jika hanya membalas kepada salah satunya.
Lambat
laun, ibu tahu kalau aku berteman dengan Ilham. Itu karena ibu penasaran dengan
paket yang aku terima tempo hari dan kemudian ibu mengetahuinya setelah
menginterogasi diriku. Sejak saat itu, aku mulai terbuka tentang kebingunganku.
Dari hal yang paling kecil, apakah aku harus mengembalikan paketnya atau tidak,
ke salah satunya, atau keduanya. Ibu pun memberiku nasihat yang cukup panjang.
Yang pada intinya, aku ngga bisa memperlakukan semuanya dengan sama.
Aku
nggak tahu ya. Dari dulu temanku sering bilang kalau aku ini nggak peka, lemot,
dll kalau persoalannya tentang perasaan, hati, atau sinyal-sinyal lainnya. Prinsipku
dari dulu adalah kalau memang seseorang belum mengatakan cinta ya berarti
memang tidak ada apa-apa, hanya sebatas teman. Mulai dari saat itu, aku disuruh
memilih.
Pada akhirnya, aku memilih untuk memenuhi permintaanmu, mengirimkan kembali pigura beserta lukisanku. Oiya aku juga memberinya hadiah, yaitu buku puisi. Aku melakukan ini tanpa berpikir apapun, tanpa alibi (walaupun di surat aku menjelaskan kenapa aku ngasih buku itu). Pemilihan bukunya pun memakan waktu yang cukup lama dan maju mundur. Aku ingin ngasih sesuatu ke dia, tapi takutnya dia menganggapku gimana-gimana. Padahal dia Cuma menganggapku sebagai teman. Aduh, pokoknya gitu deh. Dibuat ribet sama pikiran dan keraguanku sendiri.
Seminggu setelah aku menerima paket darinya, baru aku mengirimkan kembali pigura dan permintaannya. Selama rentang waktu itu, aku tidak membahas sedikit pun tentang paket itu. Pun dirinya demikian. Mungkin dia pikir paketnya nyasar kali ya. Hehehe.
Aku nggak tahu semua rasa ini mulainya dari kapan, siapa yang follow ig duluan, semua masih menjadi misteri. Yang aku tahu betul, sejak saat itu aku sudah memilih. Tapi belum mencintai. Hanya saja, aku memilih untuk mengenal Ilham lebih jauh. Itu kenapa aku taruh perhatian lebih kepadanya, aku ingin mencoba fokus mengenalinya. Sesekali aku iseng tanya ke temanku yang mengenal dia, tentang bagaimana dirinya dsb.
Kalau kamu ingat kamu pernah nyanyi lagunya Tulus – Bunga Tidur, sesaat sebelum rapat pada siang hari itu, mungkin itu saat pertama aku mulai menaruh hatiku padamu. Nyanyian kamu saat itu, benar-benar jernih dan masuk ke dalam hatiku. Padahal sebelumnya aku tidak tahu lagu itu. Saat kamu menyanyikannya, seperti kamu sedang menyampaikan sesuatu padaku (padahal mungkin sebenernya bagimu enggak haha). Setelahnya aku selalu menanti-nantikan saat kamu bernyanyi lagi dengan tulus untukku. Sungguh.
Sampai di titik ini, aku tidak menyangka bahwa kita berdua bisa terus bersama. Kalau saja kamu tahu, dulu jauh sebelum kita berdua saling mengucapkan selamat tidur di malam hari, aku selalu sempatkan mengucap, “Selamat malam Ilham, semoga tidurmu nyenyak”. Aku lakukan itu tiap malam sambal menatap langit-langit kamar sebelum aku memejamkan mata, berharap kamu mendengar bisikanku itu. Tapi tanpa dinyana, sekarang kita bisa seperti ini. Sungguh, aku sangat bersyukur bisa bersamamu.
-------------
Cerita
malam ini sampai di sini dulu ya kawan-kawan. Secara garis besar, tentang
pengalaman pertamaku menerima paket darinya yang aneh bin ajaib. Next time kita
lanjut lagii. Doain aku ya semoga di 2021 ini semakin rajin ngehack blognya Mas
Ilham. Hihihi. See ya!
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny