BengBeng, dan Kenangan Sing Marai Gembeng

Begitu sulit menceritakan kenangan pahit yang telah saya alami 6 tahun lalu. Namun pagi ini ketika persiapan rapat online, saya kembali teringat masa lalu itu hanya karena makan cemilan coklat BengBeng. Rasanya tidak pernah sesentimentil ini perihal makanan.  Dalam gigitan pertama, rasanya diri ini melayang di kelas 3 SMA saat mengikuti English Camp di Salib Putih, Klaten.

Ini adalah event lomba yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Perlombaanya diikuti oleh seluruh perwakilan SMA dengan berbagai mata lomba. Saat itu saya mewakili Kota Solo untuk mata lomba New Spirit of Science semacam lomba penemuan/penelitian remaja. Saat saya SMP dan SMA memang saya senang dalam membuat karya ilmiah. Dari kegiatan lomba yang berlangsung, oleh panitia diselingi acara outbond di lapangan di dalam area tersebut.

Lagi-lagi, nasib menunjukkan kejadian lucu. Sebungkus Bengbeng ternyata bisa menghubungkan satu hati dengan hati yang lain. Waktu itu, outbond dimulai dengan membagi tim. Semua diacak sehingga tidak ada yang dari satu sekolah yang sama. Game pertama adalah estafet estafet bola dengan bambu pendek yang dibagi menjadi 2 bagian. Suasana sangat seru dan lucu, tentu saja bagi kami yang habis tegang menghadapi lomba, kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu. game kedua adalah memindahkan bola plastik secara bersama-sama dengan menggunakan tali rafia. Permainan ini membutuhkan kekompakan tim untuk bergerak bersama-sama, menyeimbangkan posisi tali rafia serta komando yang jelas. Entah kenapa, beban dipundak serasa lolos dengan adanya permainan ini. Saya juga belum menyadari adanya bidadari di timku ini.

Setelah 2 jam permainan di 2 games ini, kami pun beristirahat sejenak. Pada kesempatan ini, saya mulai merasa agak lapar dan saya ingat bahwa di dalam tas ada beberapa buah coklat Bengbeng. Rasanya tidak enak jika saya makan sendirian, maka saya mulai membagikan coklat ini. Beberapa kali saya bagikan ke tim ku yang berasal dari berbagai SMA salah satunya SMA Negeri 1 Ungaran. Lalu tiba giliran aku membagi coklat ini ke beberapa teman, pandanganku menemukan sosok lain. serupa bidadari yang membuatku ingin selendangnya, atau juga serupa gadis manis berkacamata dengan senyum menyungging dan membuatku ingin selalu berada disamping-nya.

Mukaku menyala saat aku menatap wajahnya tanpa sadar. Aku juga tidak berani berkenalan atau sekedar memberi sapaan. Kutarik senyum simpul meski kaki sedikit gemetar untuk memberikan coklat ini kepadanya. 

Sungguh, takdir telah membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Jika ini yang dinamakan cinta lokasi maka aku baru tahu bahwa rasanya sungguh membahagiakan. Seakan ada rasa senang dan semangat membara dalam melaksanakan agenda apapun.

Istirahat sudah selesai dan kini saatnya melaksanakan games lainnya. Pikiranku sudah tidak fokus ke permainan. Ia dipenuhi kekaguman dan rasa penasaran akan wanita jelita dari SMA 1 Ungaran ini. Tuhan, kalau ini benar cinta maka dekatkanlah aku sekali lagi dan berikanlah kemudahan bagiku untuk mampu "setidaknya" makan bareng dan ngobrol bareng, simpel saja. Soalnya aku juga gak yakin kalau setelah kegiatan ini masih bisa berhubungan dengannya.

Sebagai siswa SMA yang berjiwa muda, saya mulai bergerilya mencari informasi. Namanya siapa, akun medsosnya apa, rumahnya dimana dan keterangan-keterangan lain yang membuat rasa penasaran saya terobati. Sepertinya dia sadar kalau aku mulai memperhatikannya hehehe tapi tidak masalah, lha memang kenyataanya seperti itu. 

Malam itu, menjelang hari terakhir kegiatan, kami berjumpa saat saya sedang duduk-duduk bersama teman-teman di depan gedung, kami berpapasan namun tidak ada keberanian sedikitpun untuk aku menyapanya. Saat itu saya hanya berani menundukkan kepala. 

Pagi harinya pun saat penutupan, saya berani ngobrol-ngobrol dikit dengannya, mengucapkan salam perpisahan dan meminta media sosialnya, twitter. 

Lalu setelah 1 minggu berlalu, saya saat itu sedang nge-camp pas acara pecinta alam SMA. Saya memberanikan diri nge-DM dia melalui twitter. Saya menyapa dan meminta nomor hapenya. Kami dekat sejak saat itu namun aku tak pernah berani menemuinya. Tidak ada kata-kata kepastian terkait kedekatan kami, hanya sebatas hubungan melalui jarak jauh. 

Puncaknya pada saat dia menjadi panitia PENSI dan saya sudah niat untuk datang ke PENSI nya, ternyata saat dusta. Karena sebuah alasan (saya ga diterima di PTN manapun, dan itu membuat keluarga saya sedih, saya pun juga) sehingga saya ga bisa datang ke PENSInya. 

Lalu, hubungan kami renggang dan sudah tidak ada kedekatan lagi. Saya saat itu merasa memang saat memulai hubungan ini saya belum ada komitmen jelas dan saya bisa dicap menggantungkan perasaan. Dan ini saya akui salah. Sedih tentu saja, kecewa sudah pasti dan ini menjadi pembelajaran bagi saya untuk tidak memulai sebuah hubungan tanpa komitmen yang jelas. 

Itu masa lalu saya. Sekarang, dia sudah memiliki seorang kekasih yang saling mendukung satu sama lain. Terakhir saya bertemu secara tidak sengaja saat ia mampir ke Solo dan selaku sahabat lama dan dekat rumah, kami berjumpa tentu saya juga berjumpa dengan cowoknya. Saat pertemuan itu saya juga merasa bertemu kawan lama, tidak ada rasa yang bagaimana-bagaimana, santai saja. 

Saat ini juga saya sudah menemukan seseorang yang baik, perhatian, ramah dan membuatku terjaga dan tenang setiap harinya. Tentu kali ini, saya juga sudah memiliki komitmen yang jelas mau dibawa kemana hubungan kita. Hanya masalah waktu dan prinsip masing-masing yang perlu disatukan. Semoga harapan-harapan baik bisa terkabul.

Terima kasih kenangan masa lalu yang membuatku pelajaran banyak sekali. 

Serang, diperbaharui Jumat, 14 Agustus 2020 pukul 11.41 WIB.