Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Selasa, 03 Desember 2019

Membawa Peluru

Apa hal terbodoh sekaligus membahayakan yang pernah kalian lakukan saat kecil?

Saya pernah membawa peluru pistol aktif di kantong seragam SMP selama 2 hari. 
Pengalaman yang cukup aneh memang. Saya masih ingat jelas saat itu sedang rehat pelajaran Bahasa Indonesia. Kelas kami yang mayoritas dipenuhi anak cowok waktu itu mulai berkumpul ngobrol-ngobrol sembari menunggu jam istirahat dibunyikan. Namanya Panji Jiwa Wibawa. Saat sedang asyik gojekan, Panji mulai pamer kalau ayahnya seorang Polisi Hutan.

Tentu saja, jiwa bar-bar kami yang masih kelas 8 (kelas 2) tidak semudah itu percaya padanya. Bukannya malah kagum, justru mayoritas kamimmulai mengolok-oloknya sambil tertawa. Tak cukup itu, bahkan kami juga meminta bukti kalau ayahnya polisi hutan.

Awalnya, Panji ini tidak peduli. Bahkan dia sampai bercerita kalau ayahnya pernah ditembak di perut saat menyergap para penjarah hutan. Kami juga heran, bukannya dia malah marah atas olok-olokan kami, tapi dia malah tambah semangat bercerita. Cerita kalau ayahya pernah melihat pohon yang besarnya 12 rentangan tangan manusia, pernah melihat macan, pernah makan rusa, pernah menangkap penjahat hingga pernah tersesat di hutan karena makhluk gaib.

"Teng tong, teng tong" Bunyi jam istirahat pun tiba. Panji yang melihat raut muka kami yang masih ragu-ragu akan kebenaran ceritanya berjanji bahwa besok ia akan membawa satu box peluru pistol yang dimiliki ayahnya. Kami pun setuju dan mengangguk-angguk.

detik.com
Keeseokan harinya, ia menghampiri kami. Dengan bangganya, ia menunjukkan satu box peluru yang isinya kurang 2. Katanya 2 peluru sudah ditembakkan oleh ayahnya. Kami tercengang. Baru sekali ini saya dan teman-teman melihat peluru asli, yang asli seasli-aslinya.

Kami berebutan untuk memegang secara langsung. Setelah puas kami melihat-lihat dan percaya kalau ceritanya tidak bohong, saya bilang ke dia bolehkah minta satu untuk dibawa pulang.

Dia mengangguk dan okeoke saja.

Saya minta satu dan saya masukkan ke KANTONG BAJU. Kantong baju seragam warna biru. Saya kantongi dari sekolah sampai di rumah. Naik bis, saya masih pegang-pegang di kantong. Masih terasa kagum. Sempat terlintas cara kerja peluru bahwa kita hanya perlu memukul bagian tengahnya lalu pelurunya akan tertembak.

Saya sempat punya pengandaian akan meggunakan paku untuk menekan bagian tengah pelurunya, kaya prinsip pistol.

Untungnya, saya sampai rumah malah gak kepikiran untuk meledakkan pelurunya. 2 hari dengan seragam yang sama, saya sampai lupa kalau saya mengantongi peluru aktif. 2 hari peluru itu saya kantongi di kantong dada. Dan bahkan tidak tahu apapun resikonya.

Keesokan harinya, Panji langsung meminta saya mengembalikan peluru itu karena dia habis dimarahin ayahnya. Sebetulnya saya sudah lupa ada peluru di baju saya karena baru tahu saat saya merogoh kantong dan masih ada disitu.

Saya kembalikan dan saya biasa-biasa saja sampai saya menyadari kesembronoan saya jaman dulu. hehe. Sekian. Apa kenangan bahaya yang pernah kamu alami?


16.02 WIB
Ruang Kerja dengan kondisi capek karena ada3 agenda rapat dna ini sedang mempersiapkan rapat selanjutnya. Bismillah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun