Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Selasa, 10 April 2018

bersambung #3

Matahari semakin meninggi dan denting jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Ini adalah pertama kalinya Malik mencuri. Meski ia memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya, hatinya masih saja resah dan gelisah. Bukankah Tuhan Maha Pemaaf? tanyanya dalam hati. Seketika itu juga terbersit kenangan almarhumahibunya yang setelah ba'da maghrib mengajarinya mengaji, membangunkannya saat subuh dan menggendongnya ke suaru saat kumandang adzan tiba. " Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan!" geramnya ia pada dirinya sendiri. Ia seperti menerima wahyu kebenaran yang mutlak dan menyadari kesalahan yang telah ia perbuat.

"Tuhan memang Maha Pengampun, tapi
tidak semerta-merta aku mampu memposisikan diriku menjadi Tuhan sehingga bisa menebak bagaimana kehendak Tuhan seperti yang telah aku lakukan dengan mengira-ngira Tuhan akan memaafkan dosaku arena mencuri ini meskipun dengan berbagai alasan yang logis. Ibu, aku malah menambah kesulitanmu di akhirat dengan mendustai semua ajaran baikmu padaku. Biarlah engkau tenang dengan ilmumu dan ajaran baikmu yang akan ku amalkan sebaik-baiknya dan seyakin-yakinnya" kata Malik dalam hatinya.

Malik memutuskan untuk segera mengembalikan motor yang ia curi. Mumpung hampir jam 12, Malik berharap bisa menemukan pemilik motor tersebut dan mengembalikannya. setelah ia tiba di masjid, ia duduk di serambi masjid dengan melihat para jamaah namun belum juga ada orang yang mengenali motor tersebut hingga adzan zuhur berkumandang. Setelah selesai sholat, ia kembali duduk bersandar di serambi. Lama ia menunggu namun masih saja belum ada orang yang mengaku pemilik motor itu hingga waktu ashar pun tiba.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore dan tidak ada seorangpun di sana. Malik berencana untuk pulang dan kembali lagi ke sini esok hari dengan waktu yang lebih pagi. Saat ia hendak memakai sandal bututnya, ia melihat sebuah sandal selop yang berjejer di samping sendalnya. Malik teringat pada kata-kata ibunya bahwa pebuatan yang baik akan mendapatkan ganjaran setimpal. Ia segera mengambil sandal selop tersebut karena berpikir tidak ada seorangpun yang memilikinya karena ia sebelumnya sudah memastikan bahwa tak ada seorangpun yang berada di masjid itu. Juga mungkin, ini adalah bentuk nyata dari balasanorang yang berbuat baik.

Keesokan harinya, ia kembali ke masjid kompleks dengan waktu yang lebih pagi sekitar pukul 09.00. Ia kembali menunggu di serambi dengan sepeda motornya ia tempatkan di samping pintu masuk berharap agar semua orang mengenalinya. Waktu pun berlalu dari saat zuhur hingga ashar, belum juga ada orang yang mengenali motor itu. Malik pun tidak berputus asa dan akan kembali lagi keesokan harinya. Saat ia hendak pulang, ia teringat bahwa sarung yang ia punya di rumah sobek saat ia gunakan sholat subuh tadi. Ia berjalan ke dalam masjid dan mengambil satu buah sarung yang ada di tumpukan paling bawah. Ia berpikir bahwa sarung yang ia ambil akan ia gunakan untuk sholat. Ia sudah mencari-cari takmir masjid untuk meminta satu buah sarung untuk ia gunakan sholat, namun tidak ada. Pikirnya tidak masalah juga, toh hanya sebuah sarung. Orang yang menyumbangkannya pasti akan mendapat pahala besar karena sarungnya ia akan gunakan untuk sholat. Sarung yang ada di masjid ini sudah menumpuk banyak dan pasti tidak semuanya terpakai. Alangkah beruntungnya si penyumbang sarung itu.


Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 dan ia bersiap untuk pergi ke masjid lagi. Kali ini ia menempatkan motornya tepat di tengah-tengah serambi agar lebih leluasa dilihat semua jamaah. Pukul 09.00 ia menyempatkan untuk sholat dhuha, kali ini ia memohon dengan sangat khusyuk agar pemilik motor tersebut segera ketemu. Saat ia sedang berdoa tiba-tiba ia mendengar seseorang berteriak-teriak dengan panik. Sesegera Malik menyusul orang yang berteriak tadi.

" Ya Tuhan ini motorku, motorku. Bagaimana bisa balik lagi kesini? " teriak orang tadi.

Malik segera menemui orang tersebut dan menanyakan kebenarannya. Malik mengajaknya duduk di serambi dan menceritakan semuanya serta mengakui kesalahannya. Malik menjadi sangat pecaya setelah orang itu menunjukkan STNK yang sama seperti kendaraan yang ia curi. Pemilik tersebut tidak menuntutnya ke kantor polisi karena terenyuh mendengar ceritanya dan memaafkannya saat itu juga.

" Memang benar, Malik, aku juga pecaya pada mukjizat Tuhan. Semua niat baik akan mendapat ganjaran yang baik pula. Sebagai ucapan terimakasihku, ini aku beri kamu sedikit rejeki untuk membayar semua hutang-hutangmu. Jangan kamu pikirkan asal muasalnya, ini adalah bentuk keadilan yang Tuhan berikan pada umatnya melalui tanganku" kata pemilik motor.

Orang itu memberi Malik uang yang sepertinya cukup untuk membayar lunas hutangnya dalam sebuah dompet berwarna coklat. Orang tesebut meyakinkan Malik untuk menerimanya karena ia sudah memiliki niat baik dan mengakui kesalahannya serta meyakinkannya bahwa setiap perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang baik juga. Malik sangat berterimakasih atas pemberian orang itu dan merasa lega karena telah berhasil mengembalikan sepeda motor itu.

Saat di rumah, Malik membuka isi dompet tersebut dan menghitung jumlahnya sekitar 4 juta rupiah. Malik sangat senang dan akan segera melunasi hutangnya untuk membuat ibunya tenang di akhirat. Namun di saku dompet itu, ia menemukan kartu nama atas nama Ir. BUDIYAN , KOMPLEK MUTIARA INDAH. Malik membuang kartu nama tersebut dan segera berlari menuju rumah tetangganya untuk membayar hutang-hutangnya.

Ibu, kini kamu akan tenang di alam kuburmu.



TAMAT




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun