Pagi ini disela-sela kekosongan kuliah, saya sedangmemegang sebuah buku seputar potensi fiskal terhadap hulu minyak di Indonesia sebenarnya meurpakan kumpulan jurnal-jurnal para peneliti Badan Kebijakan Fiskal bagian Badan Anggaran APBN. Baru satu jurnal yang saya baca sampai saat ini karena baru kemarin saya mendapat pinjaman buku tersebut.
Pelu kita semua ketahui bahwa ternyata pada tahun 1970-1980, Indonesia pernah dikarunai anugerah yang maha besar melalui minyak. Pada tahun itu, lifting minyak Indonesia menempati urutan pertama dan terbesar di seluruh Indonesia sehingga posisi Indonesia dalam organisasi OPEC menjadi krusial dan digdaya. Beberapa tokoh tanah air bahkan pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral OPEC.
Namun di penghujung tahun 2003, fakta berbicara sebaliknya. Jumlah ekspor dan impor minyak beranding terbalik dikarenakan jumlah konsumsi minyak sangat besar dan tidak sebanding dengan jumlah lifting minyak dalam negeri. Selain diakibatkan oleh jumlah lifting minyak yang tidak sama dengankonsumsi, krisis 1998 juga menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah impor minyak karena perusahaan tidak mampu membangun sumur baru pada saat itu.
Apabila kita lihat saat ini, mode transportasi dalam negeri masih sangat mengandalkan konsumsi BBM. Jika kita bisa melihat lebih dalam, harga BBM yang kita beli di SPBU maupun eceran merupakan harga yang sudah disubsidi oleh pemerintah.
Selanjutnya, akan saya bahas lebih lanjut. Mau jumatan dulu hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar