Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Kamis, 21 Januari 2021

Sebuah Cita-Cita Masa Depan

 Hari ini kantor sepi banged. Semua kepala kantor dan kepala bidang sedang dinas luar, ditambah persentase pgawai WFO dikurangi. Seperti biasanya, aku sudah datang pagi di kantor. Masuk sendirian. Semua urusan kantor sudah aku selesaikan. Memang, tipikalku kalau kerja adalah datang pagi dan segera menyelesaikan semua kerjaan tanpa ditunda. Setelah semua pekerjaan selesai barulah aku menunggu kerjaan yang lain. 

Di sela-sela menunggu ini, aku paling seneng main ke tiap bidang. Bikin rusuh, nggodain teman-teman di bidang lain, main-main, makan cemilan di bidang lain, kaya aku merasa bebas di lingkungan kerja yang menguras waktu ini. 

Prinsipku, kerja sewajarnya, keluarga semuanya. Menjadikan kantor juga sebagai rumah. Biar nyaman kalau kerja. 

Saat ini juga aku lagi sangat longgar. 

Dear blogku, mau curhat. Ceritanya tadi malem Ica pulang malem lagi, jam 8 baru sampai rumah. Aku sangat prihatin dan kasihan sama Ica, kerjaannyabanyak banged. Rasanya ingin sedih aja tiap tahu dia kerja sebegitu beratnya. Padahal, dia sering bilang kalau gak papa pulang malam, justru dengan kerja kerasnya ini dia bersyukur. 

Sebagai calon suaminya, aku bertekad biar aku saja yang nanti kerja keras.

Memang kewajibanku untuk itu. KAlau dipikir-pikir, jadi istri dan ibu di rumah, urusannya sudah banyak. Ngurusin suami yang inginnnya diperhatiin terus haha, ngurusin anak yang gak bisa anteng wkwk, ngurusin rumah yang bakal banyak cucian numpuk, piring2 kotor, lantai2 kotor dan sebagainya (aku tetap bantu juga, suami romantis) ditambah dengan kerjaan dia di kantor. 

Kalau ngebayangin ini semua, aku ga tega sama Ica. Kemarin malam, aku sempat menegurnya dengan aktivitas kerjanya yang full. Maaf, lebih tepatnya berkeluh kesah. 

Disitu, aku sudah agak mau marah tapi mana bisa dan mana tega aku marah atau ngambek sama dia? Sudah capek, mumet ditambah kalau aku marahin. 

Diposisi sekarang, adalah caraku untuk menemukan solusi. Sebelum solusi ditemukan, tanggungjawabku adalah selalu menyemangatinya saat dia kerja, biar tidak capek dan selalu menjaga kondisi badannya. Video call tiap jam istirahat siang, untuk mastiin kalau dia makan dan minum tepat waktu, ngingetin sholatnya biar ga telat gara-gara kerjaan, trus nemenin dia pas sore-sore atau malem saat yang lain sudah pulang. Hanya itu sementara yang aku bisa. 

Aku harus mampu mengimbanginya dan menjaganya dari aktivitas yang begitu padat. Langkah ini tentu tidak akan bertahan lama. 

Kemarin, aku juga bertanya, kalau kita sudah nikah, kamu juga akan pulang malam dan sellau kerja begini?

Lalu dia jawab, tidak. Prioritasnya akan berubah ke keluarga bukan ke kerjaan lagi. 

Namun, lebih baik aku menjaga perasaan buruk daripada positif. Aku sudah menemukan solusi. Terlalu mengada-ada sih hehe. Solusiku adalah aku punya sebuah cita-cita tambahan.

Jika saat kerja nanti gajiku sudah diatas 30juta sebulan, maka Ica aku minta dengan hormat dan penuh keikhlasannya, untuk keluar dari pekerjaan dia sekarang. Aku ingin dia melanjutkan jenjang S2 atau bahkan S3 lalu menjadi seorang pengajar. Aku ingin kepintaran dan kasih sayangnya, ia tularkan juga kepada semua anak Indonesia. Urusan kerja keras dari pagi sampai sore, biar aku saja. 

Semoga keinginanku bisa terlaksana dan ia bisa dengan ikhlas menerima keinginanku ini. Doakan aku kawan. 


NB: Aku juga ingin dia bekerja agar tidak suntuk di rumah, apalagi aklau anak-anak nanti sudah besar. Biar dia tidak terlalu padat waktunya seperti saat ini. 



Serang, 22 Januari 2021, 11.01 WIB

Sedang merangkai bunga eh dibantu sama temen deng hahaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun