Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Minggu, 06 Desember 2020

Bagian Kedua: Pertama Kalinya Nelpon

24 Mei 2020

    Itu hari pertama Idul Fitri 2020. Lebaran yang tidak terasa seperti lebaran. Pandemi membuat semuanya terasa berbeda. Tidak ada shalat Ied berjamaah, salam-salaman, dan tradisi mudik pulang kampung. Walaupun begitu, aku bersyukur karena aku bukan anak rantauan, jadi tetap bisa merayakannya bersama keluargaku. Ada ibu, adik, kakak-kakak, dan keponakanku. Alhamdulillah lengkap.

    Siang hari itu, setelah aku sekeluarga selesai makan opor dan istirahat, istirahat dari sisa-sisa letih semalam menyiapkan segala makanan di hari raya, kami sempatkan untuk silaturahmi ke rumah bulikku di Cikarang. Bukannya tidak patuh aturan atau mencari penyakit, tidak, justru niat kami baik, setidaknya kehadiran kami bisa menghibur sepupu-sepupuku di sana yang tidak bisa bertemu dengan bapaknya (Omku) di hari raya kali ini. Omku sedang bertugas jauh di Riau. Setelah adanya Pandemi, berpergian antar kota sangat dibatasi. Itulah kenapa lebaran kali itu dia tidak bisa menemui anak-anaknya.

    Setelah dzuhur, aku sekeluarga berangkat menuju Cikarang. Dengan kondisi lalu lintas yang amat lengang, diperkirakan dalam waktu 2 jam kami sudah sampai. Selama di perjalanan, seperti biasa ya ngobrol-ngobrol, ngemil, sambil dengerin lagu tembang kenangan koleksinya bapak. Semua berjalan normal seperti biasanya, sampai dengan kejadian Ilham menelponku untuk pertama kalinya.

    Waktu itu pukul 14.13 WIB (aku tahu karena masih ada riwayat panggilannya). Sebentar lagi aku sampai rumah bulikku. Ketika aku lagi mainan HP, tiba-tiba ada panggilan masuk. Tertulis nama “Zahrir, Ilham" (nama yg kusimpan untuk kontaknya.

Deg, deg, deg, deg

    Gak ada pemberitahuan dari dia sebelumya. Tiba-tiba aja nelpon begitu.

Aku tunggu saja sampai dia matikan telponnya sendiri. Tapi kok lama banget, akhirnya aku tutup saja layar HPku, takut adiku yang sedang menyetir di sampingku melihatnya. Aku tidak mungkin mengangkat telponnya pada saat itu. Sudah terbayang olehku, bagaimana ibu, adik, dan kakakku akan memasang telinga lebar-lebar untuk mengetahui siapa yang tengah berbicara denganku di telepon. Pun setelahnya, aku akan diinterogasi tentang siapa yang nelpon, apa pembicaraannya, dsb. Se-kepo itu memang keluargaku.

    Beberapa menit setelah ia matikan teleponnya, baru aku balas chatnya. Aku beralasan bla bla bla, intinya beralasan kenapa nggak aku angkat. Seingatku aku jujur bilang ke dia, kalau aku sedang dalam perjalanan. Dia bilang ingin nelpon untuk mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Katanya belum afdhol kalau lebaran belum nelpon. Lalu aku bilang saja ke dia untuk nelepon malam harinya. Oke, baik.

    Sesampainya aku di rumah bulik, kami santai-santai. Ngobrol, makan, main dengan sepupu-sepupuku, dsb. Aku juga menyempatkan nelpon sahabatku saat kuliah di kamar sepupuku. Ngobrol ngalor ngidul dan nyerempet-nyerempet minta tips gimana cara ngobrol yang asik di telepon sama orang yang baru kita kenal. Sejujurnya aku agak deg-degan waktu Ilham nelpon aku. Takut obrolan kita akan canggung, krik krik, atau obrolannya yang berlangsung singkat. Dari semua saran yang aku terima, “let it flow” dan “just be yourself” memang saran yang udah paling bener. Sore hari, sekitar pukul 17.00 kami sekeluarga pulang ke rumah. Ternyata perjalanan pulang sedikit macet. Jadi baru sampai rumah agak malam, kalau tidak salah isya baru aku sampai di rumah. Kebetulan malam itu Ilham juga sedang silaturahmi ke rumah rekan kantornya sehingga dia tidak jadi nelpon aku. Haaa, lega.

25 Mei 2020

    Pagi keesokan harinya, aku chat biasa dengan Ilham. Cerita tentang hari kemarin dsb. Lalu dia tanya, aku lagi apa, lagi luang atau ngga. Firasatku, kayaknya dia mau nelpon deh. Terus aku balas agak lama aja karena sejujurnya saat itu aku kebetulan aku belum mandi, jadi HPnya aku tinggal-tinggal. Saat aku kembali ke kamarku, ternyata ada satu panggilan tak terjawab darinya. Setelah aku jelaskan, lalu dia menelponku kembali. Saat itu, teleponnya tidak langsung aku angkat. Agak ragu aku tuh. Apalagi suaraku itu kan tipikal suara yang ngebass, aku berpikir, jangan sampai dia mikir kalau yang ngangkat teleponnya bukan aku karena suaraku yang terlalu berat. (Insekyur, hemmm) Setelah aku tunggu berdering agak lama, dalam hati “bismillah” dan dzikir-dzikir lainnya, akhirnya aku angkat.

Jeng jengg.

    Dia mengawali dengan salam ala dirinya. Yang selalu begitu. Well, yaa begitulah awalnya. Lalu selama di telepon, aku nggak tahu, semua kekhawatiran yang sebelumnya menghampiriku sirna begitu saja. Obrolannya berjalan lancar. Aku lupa detail hal yang kami bicarakan, tapi kurang lebih ya ngomongin tentang liburan kita selama hari raya, selain itu tentang teman-teman kita yang saling kami ketahui. Sejujurnya, I have no clue tentang Ilham, tapi aku kenal dengan beberapa temannya. Ada yang sewaktu kuliah dulu sekelas denganku. Setidaknya dengan begitu ada bahan obrolan bagi kami.

    Tanpa terasa, kami sudah menghabiskan waktu kurang lebih satu setengah jam ngobrol di telepon. Woww. Aku merasa bangga. Pengalaman pertama kalinya kami nelpon bisa dikatakan sukses. Waktu satu setengah jam menurutku adalah waktu yang cukup lama bagi dua orang yang baru kenal untuk bisa membicarakan banyak hal selama itu. Setelahnya aku baru merasa, kalau waktu itu berlalu dengan cepat saat bersama kamu. Sayang banget, kayaknya tuh masih banyak banget yang ingin aku obrolin lebih lama lagi sama kamu. Tapi saat itu, kita harus beri batasan untuk kita berdua. Berproses dalam waktu yang cukup lama itu akan lebih menyenangkan, aku menyukai itu. Setiap momen pertama sama kamu, aku selalu ingat. Pertama kalinya chat sama kamu, pertama kalinya nelpon, pertama kalinya nerima paket, pertama kalinya kita ketemu, dan hal-hal pertama lainnya dalam sejarah kita, aku masih ingat betul.

    Aku bersyukur bahwa aku melalui semuanya itu kulalui dengan kamu. Itu membuatnya semakin berkesan. Selama itu pula aku merasa diajak kamu berpetualang ke taman bermain. Selalu seru dalam segala hal yang kita lalui. Aku gatau kalau itu orang lain, tapi denganmu, semuanya terasa mudah dan indah. Kamu bisa menjadi sosok teman, kakak, dan kekasih dalam waktu yang berbeda. Aku pun juga begitu terhadapmu. Denganmu, aku ga pernah sungkan lagi menunjukkan bagaimana diriku yang sebenarnya. Aku benar-benar menemukan diriku setelah mengenal kamu.

Makasih ya mas, untuk segalanya.


PS: Ica yang mulai aktif. *Aktif nulis

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

Menunggu Senja Turun Dengan Santun