24 Mei 2020
Itu hari pertama Idul Fitri
2020. Lebaran yang tidak terasa seperti lebaran. Pandemi membuat semuanya
terasa berbeda. Tidak ada shalat Ied berjamaah, salam-salaman, dan tradisi
mudik pulang kampung. Walaupun begitu, aku bersyukur karena aku bukan anak
rantauan, jadi tetap bisa merayakannya bersama keluargaku. Ada ibu, adik,
kakak-kakak, dan keponakanku. Alhamdulillah lengkap.
Siang
hari itu, setelah aku sekeluarga selesai makan opor dan istirahat, istirahat dari
sisa-sisa letih semalam menyiapkan segala makanan di hari raya, kami sempatkan
untuk silaturahmi ke rumah bulikku di Cikarang. Bukannya tidak patuh aturan
atau mencari penyakit, tidak, justru niat kami baik, setidaknya kehadiran kami
bisa menghibur sepupu-sepupuku di sana yang tidak bisa bertemu dengan bapaknya
(Omku) di hari raya kali ini. Omku sedang bertugas jauh di Riau. Setelah
adanya Pandemi, berpergian antar kota sangat dibatasi. Itulah kenapa lebaran
kali itu dia tidak bisa menemui anak-anaknya.
Setelah
dzuhur, aku sekeluarga berangkat menuju Cikarang. Dengan kondisi lalu lintas
yang amat lengang, diperkirakan dalam waktu 2 jam kami sudah sampai. Selama di
perjalanan, seperti biasa ya ngobrol-ngobrol, ngemil, sambil dengerin lagu
tembang kenangan koleksinya bapak. Semua berjalan normal seperti biasanya, sampai
dengan kejadian Ilham menelponku untuk pertama kalinya.
Waktu itu pukul 14.13 WIB (aku tahu karena masih ada riwayat panggilannya). Sebentar lagi aku sampai rumah bulikku. Ketika aku lagi mainan HP, tiba-tiba ada panggilan masuk. Tertulis nama “Zahrir, Ilham" (nama yg kusimpan untuk kontaknya.
Deg, deg, deg, deg
Gak ada pemberitahuan dari dia sebelumya. Tiba-tiba aja nelpon begitu.
Aku tunggu saja sampai dia matikan telponnya sendiri. Tapi kok lama banget, akhirnya aku tutup saja layar HPku, takut adiku yang sedang menyetir di sampingku melihatnya. Aku tidak mungkin mengangkat telponnya pada saat itu. Sudah terbayang olehku, bagaimana ibu, adik, dan kakakku akan memasang telinga lebar-lebar untuk mengetahui siapa yang tengah berbicara denganku di telepon. Pun setelahnya, aku akan diinterogasi tentang siapa yang nelpon, apa pembicaraannya, dsb. Se-kepo itu memang keluargaku. Beberapa
menit setelah ia matikan teleponnya, baru aku balas chatnya. Aku beralasan bla
bla bla, intinya beralasan kenapa nggak aku angkat. Seingatku aku jujur bilang
ke dia, kalau aku sedang dalam perjalanan. Dia bilang ingin nelpon untuk
mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Katanya belum afdhol kalau lebaran belum nelpon. Lalu aku bilang saja ke dia
untuk nelepon malam harinya. Oke, baik.
Sesampainya
aku di rumah bulik, kami santai-santai. Ngobrol, makan, main dengan
sepupu-sepupuku, dsb. Aku juga menyempatkan nelpon sahabatku saat kuliah di
kamar sepupuku. Ngobrol ngalor ngidul dan nyerempet-nyerempet minta tips gimana
cara ngobrol yang asik di telepon sama orang yang baru kita kenal. Sejujurnya aku
agak deg-degan waktu Ilham nelpon aku. Takut obrolan kita akan canggung, krik
krik, atau obrolannya yang berlangsung singkat. Dari semua saran yang aku
terima, “let it flow” dan “just be yourself” memang saran yang udah
paling bener. Sore hari, sekitar
pukul 17.00 kami sekeluarga pulang ke rumah. Ternyata perjalanan pulang sedikit
macet. Jadi baru sampai rumah agak malam, kalau tidak salah isya baru aku
sampai di rumah. Kebetulan malam itu Ilham juga sedang silaturahmi ke rumah
rekan kantornya sehingga dia tidak jadi nelpon aku. Haaa, lega.
25 Mei 2020
Pagi keesokan harinya, aku chat biasa dengan Ilham. Cerita tentang hari kemarin dsb. Lalu dia tanya, aku lagi apa, lagi luang atau ngga. Firasatku, kayaknya dia mau nelpon deh. Terus aku balas agak lama aja karena sejujurnya saat itu aku kebetulan aku belum mandi, jadi HPnya aku tinggal-tinggal. Saat aku kembali ke kamarku, ternyata ada satu panggilan tak terjawab darinya. Setelah aku jelaskan, lalu dia menelponku kembali. Saat itu, teleponnya tidak langsung aku angkat. Agak ragu aku tuh. Apalagi suaraku itu kan tipikal suara yang ngebass, aku berpikir, jangan sampai dia mikir kalau yang ngangkat teleponnya bukan aku karena suaraku yang terlalu berat. (Insekyur, hemmm) Setelah aku tunggu berdering agak lama, dalam hati “bismillah” dan dzikir-dzikir lainnya, akhirnya aku angkat.
Jeng jengg.
Dia mengawali dengan salam ala dirinya. Yang selalu begitu. Well, yaa begitulah awalnya. Lalu selama di telepon, aku nggak tahu, semua kekhawatiran yang sebelumnya menghampiriku sirna begitu saja. Obrolannya berjalan lancar. Aku lupa detail hal yang kami bicarakan, tapi kurang lebih ya ngomongin tentang liburan kita selama hari raya, selain itu tentang teman-teman kita yang saling kami ketahui. Sejujurnya, I have no clue tentang Ilham, tapi aku kenal dengan beberapa temannya. Ada yang sewaktu kuliah dulu sekelas denganku. Setidaknya dengan begitu ada bahan obrolan bagi kami.
Tanpa terasa, kami sudah menghabiskan waktu kurang lebih satu setengah jam ngobrol di telepon. Woww. Aku merasa bangga. Pengalaman pertama kalinya kami nelpon bisa dikatakan sukses. Waktu satu setengah jam menurutku adalah waktu yang cukup lama bagi dua orang yang baru kenal untuk bisa membicarakan banyak hal selama itu. Setelahnya aku baru merasa, kalau waktu itu berlalu dengan cepat saat bersama kamu. Sayang banget, kayaknya tuh masih banyak banget yang ingin aku obrolin lebih lama lagi sama kamu. Tapi saat itu, kita harus beri batasan untuk kita berdua. Berproses dalam waktu yang cukup lama itu akan lebih menyenangkan, aku menyukai itu. Setiap momen pertama sama kamu, aku selalu ingat. Pertama kalinya chat sama kamu, pertama kalinya nelpon, pertama kalinya nerima paket, pertama kalinya kita ketemu, dan hal-hal pertama lainnya dalam sejarah kita, aku masih ingat betul.
Aku bersyukur bahwa aku melalui semuanya itu kulalui dengan kamu. Itu membuatnya semakin berkesan. Selama itu pula aku merasa diajak kamu berpetualang ke taman bermain. Selalu seru dalam segala hal yang kita lalui. Aku gatau kalau itu orang lain, tapi denganmu, semuanya terasa mudah dan indah. Kamu bisa menjadi sosok teman, kakak, dan kekasih dalam waktu yang berbeda. Aku pun juga begitu terhadapmu. Denganmu, aku ga pernah sungkan lagi menunjukkan bagaimana diriku yang sebenarnya. Aku benar-benar menemukan diriku setelah mengenal kamu.
Makasih ya mas, untuk segalanya.
PS: Ica yang mulai aktif. *Aktif nulis
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny