Adzan subuh telah berkumandang. Pak Kamari masih kusak kusuk mencari kopiahnya, sedang istrinya sudah mengenakan mukena dan bersiap menuju ke masjid.
" Bu, anak-anak dibangunin. Suruh ke masjid. Bapak tak sambil nyari kopiah." perintah Pak Kamari pada istrinya.
Sesegara bu Kamari menuju kamar anak-anaknya dan membangunkan mereka dengan lembut, lalu setelah mereka bangun segera mereka disuruh mengambil air wudhu untuk berangkat ke masjid. Sementara itu di ruang tengah, Pak Kamari masih sibuk mencari kopiahnya yang lupa ia taruh malam tadi.
" Sudah ketemu, pak? " tanya istrinya.
" Belum bu, tak taruh dimana ya tadi malam? " tanya Pak Kamari
" Ya ndak tau, pak. Lhawong bapak pulangnya larut. Semua sudah pada tidur. Mana ibuk tahu kopiah bapak. Diingat-ingat dulu pak. " jawab istrinya
Pada malam harinya, Pak Kamari memang
sedang keluar. Ceritanya, ia dimintai tolong tetangga desa sebelah untuk yasinan. Namun ndilalah, kok ya bisa-bisanya Pak Kamari ndak langsung pulang ke rumah setelah acara selesai. Ia nongkrong dulu di warung dengan teman-temannya hingga larut malam.
"Pak sudah mau komat (re: iqamah), ayo cepat. Anak-anak sudah nunggu di depan. Gak usah pakai kopiah juga ndak papa, sah juga kok sholatnya" kata istrinya
"Sebentar bu, belum ketemu ini kopiahku. Duluan saja sama anak-anak" jawab Pak Kamari.
Kemudian, istri dan anak-anak Pak Kamari berlalu menuju masjid meninggalkan Pak Kamari yang masih sibuk mencari kopiahnya. Iqamah sudah dikumandangkan, jamaah shalat subuh sudah mulai berbaris sesuai shaf. Imam membaca Al-fatihah. Namun, sampai sholat selesai, Pak Kamari tidak nampak di masjid.
"Pak, pak, kok ndak ke masjid kenapa? Apa gara-gara kopiahnya belum ketemu?" tanya istrinya.
Namun tidak ada jawaban dari Pak Kamari. Istrinya kemudian mencari Pak Kamari di dalam rumah. Ternyata, ia sudah pergi alias tidak ada di dalam rumah. Dengan cemas, Bu Kamari keluar dan bertanya ke tetangga, apakah mereka melihat Pak Kamari keluar. Tidak ada satupun yang tahu kemana perginya Pak Kamari.
Gundah memang membuat hati merana. Sampai pagi menjelang, Pak Kamari belum juga pulang. Begitu seterusnya hingga sore tiba. Pak Kamari hilang tanpa tanda.
Melihat kepanikan Bu Kamari, seorang warga mengadu ke Pak RT hingga akhirnya, Pak Rt datang menemui Bu Kamari.
"Ada apa bu? Saya dengar dari warga ibu ada masalah?" Tanya Pak RT
"(sambil mbrebes mili) Pak RT, suami saya pergi ndak tahu kemana sejak tadi subuh. Ceritanya tadi saat mau ke masjid, kopiah bapak hilang, lalu bapak sibuk mencari kopiahnya dan menyuruh saya dan anak-anak untuk duluan pergi ke masjid. Lha kok ndilalah, setelah pulang dari masjod, bapak sudah ndak ada. Tadi di masjid pun bapak juga tidak kelihatan, malah sampai sekarang ndak pulang. Saya cemas, pak" jawab bu kamari dengan sesenggukan.
" Kopiah? Tenang bu, saya tahu dimana Pak Kamari" kata Pak RT dengan senyum menyungging karena senang dapat membantu warganya.
"Mari ikut saya, bu. Tapi ingat, jangan kaget." kata Pak RT lagi.
Seketika itu juga, bu Kamari mengikuti langkah Pak RT, dibelakangnya ikut juga beberapa warga yang penasaran dimana sebenarnya pak Kamari. Mereka berjalan cukup lama, melewati batas desa masuk ke desa sebelah. Mereka menuju sebuah gubug yang terlihat agak tua, reyot, namun banyak orang disana. Dari kejauhan, bu Kamari seperti mengenal orang yang memakai kopiah, "sepertinya itu bapak " batin bu Kamari.
Mereka akhirnya tiba di gubug tersebut dan alangkah kagetnya Pak Kamari saat melihat istrinya, Pak RT dan beberapa orang tetangganya di depan mukanya.
"Bapak!!!!! Bapak sejak subuh menghilang dr rumah, kemana saja, pak?" kata bu Kamari dengan raut sedih.
"Eee,, emm,, anu bu, ... mmm,, bapak tadi, mmm" jawab Pak Kamari dengan bingungnya sesekali sambil melirik Pak RT
Di gubug itu, banyak kartu remi, othok (alat judi) dan uang sebagai taruhan.
"Jadi ini, bapak pergi sejak subuh ternyata ini yang dikerjakan. Judi,, iyaa judi,, pak? Bapak katanya sudah tobat nggak akan main judi lagi, tapi apa pak? Sudah pak, ceraikan aku saja. Aku malu punya suami yang suka berbohong, kalau bohong pada istrimu ini, aku masih bisa maafkan, tapi bapak sudah kelewatan, ngapusi Gusti Allah" kata bu kamari dengan menangis.
Melihat bu kamari menangis sesenggukan, tetangga yang ikut mengiringinya di belakang tadi menagajaknya pulang ke rumahnya. Kemudian, mengekor di belakangnya Pak RT dan Pak Kamari.
Sesampainya di rumah, Pak RT memulai pembicaraan dengan Pak Kamari di ruang tamu sementara bu kamari masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana pak, sudah dapat hasil berapa tadi ? " tanya Pak RT
"Masih sedikit, pak. Banyak yang belum mau" jawab Pak Kamari.
"Janganenyerah pak, lanjutkan saja, saya mendukung" kata Pak RT
Mendengar percakapan Pak RT yang malah menanyai perihal aksi judi suaminya, Bu Kamari keluar kamar dan langsung ikut memarahi Pak RT.
" Pak RT ini, bagaimana, bukannya menasihati suami saya tapi malah ikut-ikutan mendukung. Bapak itu pemimpin, pak, pemimpin. Ingat pak kalo setiap tahlilan malam jum'at atau di setiap upacara 17an, pasti selalu terucap doa " lindungilah pemimpin-pemimpin kami, limpahkanlah keadilan dan kebijaksanaan pada mereka" tapi bagaimana mau dikabul, pemimoinnya saja seperti ini" kata bu Kamari dengan kesal.
" Hahahaha" Pak RT tertawa terbahak-bahak.
Melihat itu, bu Kamari mendadak tercengang.
"Bu, dengarkan penjelasan bapak dulu. Yang ibu lihat tadi, semuanya tidak seperti yang ibu perkirakan. Salah total alias ngawur. Bapak memang ada di tempat judi, tapi ndak main. Ceritanya semalam setelah selesai tahlilan, bapak nongkrong di warung desa sebelah. Alangkah terkejutnya bapak, ternyata apa yang mereka bicarakan justru perjudian. Dan setelah bapak tanya-tanya lagi, ternyata memang masih banyak warga usia muda yang masih gemar judi. Kebetulan juga Pak RT ada disana. Setelahnya, bapak dan Pak RT memikirkan cara agar para warga disana ndak main judi lagi. Caranya dengan ngajak nabung. " jawab Pak Kamari.
"Adik Pak RT memiliki usaha tabungan rakyat, bu disamping itu ia juga membantu nasabahnya menggunakan uang itu untuk usaha, dibantu sampai sukses. Jadi kita berpikir, daripada uang digunakan untuk main judi, lebih baik ditabung, dibuat usaha. Nah, kan malah bermanfaat. Yang nagnggur daripada berjudi lebih baik dibuat usaha. Mulailah malam itu juga, saya dan Pak RT memberi arahan ke warga desa sebelah, beberapa ada yang mau. Karena ndak bawa buku, maka bapak pinjam bolpoin dan wadah bungkus rokok untuk mendata jumlah setoran dan nama warga yang mau nabung. Ndilalah, baju dan celana bapak ndak ada kantong, makanya saya taruh catatannya di kopiah. " jelas Pak Kamari.
"Oh, itu to yang mbuat bapak khawatir tadi subuh pas kopiahnya nggak ketemu. Lalu kenapa bapak sampai ndak ke masjid ? Bahkan pergi tanpa pamit? tanya Bu Kamari
"Judi dimulai dari pagi buta, bu, makanya bapak harus langsung kesana. Nah itu juga yang membuat warga desa sebelah malas kerja, judinya dari pagi sampai malam, gak ada waktu buat kerja. Tapi tadi bapak sudah sholat kok" jawab Pak Kamari
Dengan hati lega, Bu kamari senang mendengar penjelasan suaminya. Ia lalu meminta maaf pada Pak RT atas ucapannya tadi kepadanya. Pak RT pun dengan lapang hati memaafkannya.
"Pak, sebentar, kopiahnya tadi ketemu dimana" tanya bu Kamari.
"Oh itu, jangan marah tapi, kopiahnya ada di rumah Mbak Sri, kemarin malam ketinggalan" jawab Pak Kamari.
"Ceraikan aku pak, ceraikan akuuuu" teriak Bu Kamari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar