Seminggu
sebelum Puasa Ramadhan dimulai, Rumah Haji Badrun tampak ramai oleh kerumunan
warga. Mereka berduyun-duyun meminta Air Zam-Zam yang ia bawa dari Tanah Suci
Mekah sepulang umroh yang kelima kalinya. Memang, siapa yang tidak kenal Haji
Badrun, jika seseorang yang tiap kali berhaji berhak menyandang gelar “H”, Pak
Badrun tentu sudah memiliki tiga H di depan namanya, H.H.H Badrun. Benar, sudah
3 kali ia berhaji dan 5 kali melaksanakan umroh. Setiap kali ia pulang, ia
mengundang seluruh warga untuk berkunjung ke rumahnya dan membagikan Air Zam-Zam
yang ia bawa dari tanah suci. Begitupun keadaan sore itu.
“
Selamat datang bapak-ibu dirumah saya atas kepulangan umroh yang kelima kalinya
ini. Seperti tahun-tahun lalu, saya akan memberikan air zamzam kepada bapak ibu
semua. Gratis. Silahkan minum sepuasnya. Jangan khawatir akan kehabisan hahaha”
kata Haji Badrun mempersilahkan para warga.
Semua
orang mulai dari anak-anak, remaja, orang tua berkerumun, membawa botol, gelas bahkan
jerigen untuk mewadahi Air Zam-Zam yang Haji Badrun berikan. Tampak
pembantunya, Citro, hilir mudik mengisi kembali wadah Air Zam-Zam yang telah
kosong.
“
Citro, cepat ambilkan lagi Zam-Zamnya, wadah yang satu itu sudah kosong. Cepat sedikit
lah kerjamu itu, dasar lelet, kerjo kok koyo
keong” bentak Haji Badrun
“
Baik Tuan Haji” jawab Citro dengan nafas tersengal-sengal.
Semakin
lama tamu yang berdatangan semakin banyak dan jatah Air Zam-Zam yang dibagikan
hari itu habis sudah. Hampir semua warga mendapat Air Zam-Zam yang Haji Badrun
berikan. Waktu Isya’ pun berlalu, sekarang rumah Haji Badrun sudah sepi, ia duduk
di ruang tamu, menonton TV dan memanggil Citro.
“Citro,
kesini!” teriak Haji Badrun.
“Baik
Tuan Haji, saya datang.” Jawab Citro.
Ia
kemudian duduk bersimpuh di lantai dan bersiap mendengarkan semua perkataan
tuannya.
“Kamu
masih ingat berapa perbandingan air zam-zam dengan air galon yang akan
dibagikan untuk besok? Ingat, perbandingannya seperti hari ini tadi. Segelas Air
Zam-Zam untuk satu galon air biasa. Paham? “ kata Haji Badrun.
“Paham
Tuan Haji. Mohon maaf Tuan Haji saya mau bertanya, dengan gelar anda yang “Haji”
dan nama yang sudah terkenal dikampung ini, mengapa Tuan Haji tega membohongi para
warga dengan berkata bahwa yang tuan bagikan itu Air Zam-Zam asli?” jawab Citro.
“
Haha, kamu itu bodoh sekali, Citro. Mana mungkin ada orang yang mau memberikan Air
Zam-Zam asli kepada orang lain secara sukarela, kamu tahu sendiri biaya untuk
pergi umroh mahal, puluhan juta, enak sekali mereka tinggal menikmati hasilnya
saja. Toh mereka kan juga minum Air Zam-Zam, walaupun sedikit hahaha. Jaga
rahasia ini baik-baik, Tro. Sekarang segera ambilkan aku Air Zam-Zam sungguhan,
yang asli, satu ceret penuh hahaha ” kata Haji Badrun dengan tertawa.
“
Baik Tuan Haji, saya akan menjaga rahasia ini. Sebentar saya ambilkan. ” kata
Citro
Satu
ceret penuh Air Zam-Zam diletakkan Citro di meja, di depan tuannya duduk. Haji
Badrun kemudian minum Air Zam-Zam tersebut dengan penuh kegembiraan.
Dituangkannya air zam-zam tersebut ke dalam gelas sedikit demi sedikit hingga
satu ceret pun habis ia minum.
“Segar
sekali air ini, tak ada tandingannya. Kasihan sekali warga, bukan maksudku
untuk berbohong pada mereka tetapi semua yang kulakukan ini juga demi
kebaikanku sendiri. Air suci yang muncul dari tanah yang suci sangat sayang
jika aku bagikan kepada semua orang. Lebih baik aku minum sendiri, menyegarkan
dan membuatku ingin kembali lagi kesana beberapa bulan lagi hahaha.” gumam Haji
Badrun setelah minum Air Zam-Zam
“Zam-zam,
sungguh menyegarkan rasamu. Setelah masuk ditenggorokan terasa seperti air es,
menyejukkan. Sungguh tak ada tandingannya dengan air yang ada disini. Biarlah
air ini kuminum sendiri, biarlah para warga dan Tuan Haji minum air galon
sepuasnya. Sekarang siapa yang dibodohi dan membodohi, Tuan. Haha, dasar Tuan
Haji” gumam Citro setelah minum Air Zam-Zam yang menyejukkan.
Ket:
Sumber gambar : yesmuslim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar