Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Senin, 21 November 2016

Tuan Haji dan Pembantunya




Hasil gambar untuk tuan haji kartunSeminggu sebelum Puasa Ramadhan dimulai, Rumah Haji Badrun tampak ramai oleh kerumunan warga. Mereka berduyun-duyun meminta Air Zam-Zam yang ia bawa dari Tanah Suci Mekah sepulang umroh yang kelima kalinya. Memang, siapa yang tidak kenal Haji Badrun, jika seseorang yang tiap kali berhaji berhak menyandang gelar “H”, Pak Badrun tentu sudah memiliki tiga H di depan namanya, H.H.H Badrun. Benar, sudah 3 kali ia berhaji dan 5 kali melaksanakan umroh. Setiap kali ia pulang, ia mengundang seluruh warga untuk berkunjung ke rumahnya dan membagikan Air Zam-Zam yang ia bawa dari tanah suci. Begitupun keadaan sore itu.
“ Selamat datang bapak-ibu dirumah saya atas kepulangan umroh yang kelima kalinya ini. Seperti tahun-tahun lalu, saya akan memberikan air zamzam kepada bapak ibu semua. Gratis. Silahkan minum sepuasnya. Jangan khawatir akan kehabisan hahaha” kata Haji Badrun mempersilahkan para warga.
Semua orang mulai dari anak-anak, remaja, orang tua berkerumun, membawa botol, gelas bahkan jerigen untuk mewadahi Air Zam-Zam yang Haji Badrun berikan. Tampak pembantunya, Citro, hilir mudik mengisi kembali wadah Air Zam-Zam yang telah kosong.
“ Citro, cepat ambilkan lagi Zam-Zamnya, wadah yang satu itu sudah kosong. Cepat sedikit lah kerjamu itu, dasar lelet, kerjo kok koyo keong” bentak Haji Badrun
“ Baik Tuan Haji” jawab Citro dengan nafas tersengal-sengal.
Semakin lama tamu yang berdatangan semakin banyak dan jatah Air Zam-Zam yang dibagikan hari itu habis sudah. Hampir semua warga mendapat Air Zam-Zam yang Haji Badrun berikan. Waktu Isya’ pun berlalu, sekarang rumah Haji Badrun sudah sepi, ia duduk di ruang tamu, menonton TV dan memanggil Citro.
“Citro, kesini!” teriak Haji Badrun.
“Baik Tuan Haji, saya datang.” Jawab Citro.
Ia kemudian duduk bersimpuh di lantai dan bersiap mendengarkan semua perkataan tuannya.
“Kamu masih ingat berapa perbandingan air zam-zam dengan air galon yang akan dibagikan untuk besok? Ingat, perbandingannya seperti hari ini tadi. Segelas Air Zam-Zam untuk satu galon air biasa. Paham? “ kata Haji Badrun.
“Paham Tuan Haji. Mohon maaf Tuan Haji saya mau bertanya, dengan gelar anda yang “Haji” dan nama yang sudah terkenal dikampung ini, mengapa Tuan Haji tega membohongi para warga dengan berkata bahwa yang tuan bagikan itu Air Zam-Zam asli?” jawab Citro.
“ Haha, kamu itu bodoh sekali, Citro. Mana mungkin ada orang yang mau memberikan Air Zam-Zam asli kepada orang lain secara sukarela, kamu tahu sendiri biaya untuk pergi umroh mahal, puluhan juta, enak sekali mereka tinggal menikmati hasilnya saja. Toh mereka kan juga minum Air Zam-Zam, walaupun sedikit hahaha. Jaga rahasia ini baik-baik, Tro. Sekarang segera ambilkan aku Air Zam-Zam sungguhan, yang asli, satu ceret penuh hahaha ” kata Haji Badrun dengan tertawa.
“ Baik Tuan Haji, saya akan menjaga rahasia ini. Sebentar saya ambilkan. ” kata Citro
Satu ceret penuh Air Zam-Zam diletakkan Citro di meja, di depan tuannya duduk. Haji Badrun kemudian minum Air Zam-Zam tersebut dengan penuh kegembiraan. Dituangkannya air zam-zam tersebut ke dalam gelas sedikit demi sedikit hingga satu ceret pun habis ia minum.
“Segar sekali air ini, tak ada tandingannya. Kasihan sekali warga, bukan maksudku untuk berbohong pada mereka tetapi semua yang kulakukan ini juga demi kebaikanku sendiri. Air suci yang muncul dari tanah yang suci sangat sayang jika aku bagikan kepada semua orang. Lebih baik aku minum sendiri, menyegarkan dan membuatku ingin kembali lagi kesana beberapa bulan lagi hahaha.” gumam Haji Badrun setelah minum Air Zam-Zam
“Zam-zam, sungguh menyegarkan rasamu. Setelah masuk ditenggorokan terasa seperti air es, menyejukkan. Sungguh tak ada tandingannya dengan air yang ada disini. Biarlah air ini kuminum sendiri, biarlah para warga dan Tuan Haji minum air galon sepuasnya. Sekarang siapa yang dibodohi dan membodohi, Tuan. Haha, dasar Tuan Haji” gumam Citro setelah minum Air Zam-Zam yang menyejukkan.




Ket:
Sumber gambar : yesmuslim.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun