Selamat malam , salam untuk kau yang sedang kulamunkan
Rasanya rintik hujan malam membuat suasana semakin syahdu saja
Hingga jari jemari ini menuntunku untuk kembali mengulas setiap bait kisah lama
Nostalgia dua bocah ingusan dengan setiap argumen logika terdalam
Kau ingat tak pernah ada kata "kita" diantara cerita cerita ?
Ku ingat saat lagu "mari bercerita" menemani lembar demi lembar teori dan rumus rumus itu
Ku ingat saat bocah ini bercerita tentu bukan cerita tentang "kita"
Segala hal yang bocah ini dan kamu bicarakan
Seakan menjadi yang paling tau tentang segala hal soal rumitnya birokrasi negara ini
Seakan logika kamilah yang paling benar
Bocah ini dulu berangan "andai kau jadi presiden kawan"
Bocah ini dulu berangan "membangun negeri ter ideal"
Bocah ini dulu berangan "menjelajah ke eksotisan setiap sudut wilayah Nusantara"
Bersama.
Begitu cepat menua nya bocah bocah ini
Manusia tetaplah seorang manusia
Tidak kusadar bahwa waktu dan keadaan tak akan pernah sama
Tetap ku rindu entah sosok apa kau dulu
Berharap semesta memaklumi keadaan "orang-orang tua" ini
Hingga perkawanan ini tak hanya menjadi sebuah cerita "dahulu kala"
Bersama seteguk kopi hangat
kuingat satu penggalan syair lagu menemani nostalgiaku
"Sepi itu indah, percayalah. Membisu itu, anugerah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar