sumber: googleimage |
Malam semakin larut, cahaya bulanpun berpendar diatas kepalanya. Ia yang sedang duduk meringkuk di bawah pohon kelapa belum beranjak juga sedari sore. Sambil merafal kata-kata yang tidak jelas di dengar, ia mengedipkan matanya berulang kali.
Menurut sebagian warga, ia bernama asli Diryo, namun warga lebih suka memanggilnya Kang Kadir. Lebih enak didengar, kata mereka. Entah perihal apa yang sedang melanda Kang Kadir hingga ia betah meringkuk disana.
Mungkin ia sedang menunggu wangsit, atau sedang banyak pikiran, atau apapun itu masalahnya. Tak biasanya Kang Kadir bertingkah seperti itu.
Tak ada satu wargapun yang mendekati Kang Kadir dan menanyai apa yang sedang ia lakukan. Banyak orang hanya membiarkannya saja, memandangnya seolah-olah ia sedang gila.
Hingga malam pun beranjak subuh, Kang Kadir masih saja di tempat itu, tak pindah sejengkal pun. Akhirnya para warga yang tak tega melihat Kang Kadir, segera memanggil polisi untuk memeriksa keadaannya.
Jam 6 pagi, 3 orang polisi yang gagah dengan wajah agak masam, berumur sekitar 45 tahun, datang berbekal borgol di sakunya. Mereka langsung menuju lokasi dimana Kang Kadir berdiam.
" Pak, mari ikut kami ke kantor"
Sontak Kang Kadir kaget dan berbalik bertanya pada 3 polisi tersebut.
" Apa salah saya, pak ? "
" Bapak telah dianggap meresahkan warga, maka dari itu mari ikut kami untuk diperiksa lebih lanjut di kantor "
Masih kurang paham dengan maksud perkataan polisi tersebut, Kang Kadir bertanya kembali,
" Maaf bapak polisi yang terhormat, meresahkan bagaimana maksud bapak? Saya tidak merasa mengganggu satu warga pun. Saya hanya berdiam disini saja"
" Itu dia yang menyebabkan anda dianggap sudah meresahkan warga. Sudah, jangan banyak alasan, mari ikut kami "
Dan akhirnya, Kang Kadir dibawa ke kantor polisi karena dianggap meresahkan warga kampung tersebut atas dasar berdiam diri di bawah pohon kelapa. (Ilham Zahrir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar