Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Sabtu, 26 November 2016

Rahim Sejarah




Pada pagi yang dingin
Kabut yang padat
dan embun putih pada daun yang pipih
akan kuceritakan kenangan
pada masa silam

saat itu sepasang lengan saling memberi salam
bertukar kabar dan melempar senyuman
tak pernah ada batasan maupun hinaan
sekalipun ada penguntit di belakang

itu adalah zaman penghabisan
sepasang lengan yang masih kekar
dengan tangan memegang senapan
memburu segerombolan pendatang
bahu membahu untuk berjuang
saling bersatu tanpa perbedaan

Mereka hanya ingin merdeka, teriaknya
Seribu jalan dilalui, jutaan waktu dilewati
Sumpah pemuda yang menjadi cikal bakalnya
Hingga Rengas Dengklok jadi saksi bisunya
Sungguh indah masa itu, semangat pemuda berbaur jadi satu

melipat masa lalu menuju sekarang
kenangan adalah sebuah kerikil yang merancap tajam pada setiap ingatan

daun-daun bambu luruh digigir waktu
: aku kehilangan bangsaku kedua kali
ketika penerusku menjelma bayang yang mesti segera dilupakan
sepasang lengan yang dulu kekar sekarang hanya tinggal tulang
tangan yang dulu memegang senapan kini berganti handphone di tangan
dinding pemisah mulai dibangun dalam kehidupan yang amburadul
persatuan yang dulu ada kini melebur menjadi asap rokok belaka
Pemuda yang dulu gagah perkasa kini tinggal statusnya di lini masa

aku tahu, bagimu masa lalu hanyalah sepenggal biografi atau
sekedar rubayat yang ditulis seorang sufi
namun, ketika darah membuncah dari rahim sejarah
adakah yang bisa kau tulis selain bau amis dan banjir tangis
Pemuda harapan bangsa
Di lenganmu tersimpan air yang mengalir dari rahim sejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun