Hujan Turun Dengan Santun Seperti Makna Pada Kata Yang Tersimpan Rahasia.

Sabtu, 26 November 2016

Potongan Coklat Nora




Pagi ini seekor katak meloncat, sepertinya ia tak tahu jika diujung jalan ini loncatannya menjadi akhir hidupnya. Pagi ini juga, laron-laron keluar dari lubangnya, tapi ia tak sadar buah dari ia keluar adalah kematiannya. Selamat pagi atau pagi selamat? Sungguh, aku tak tahu akan kau artikan apa pagi ini. Bukankah masalah dan derita sering ku alami? bukankah kegelisahan bukanlah hal yang luar biasa bagiku? Tiba-tiba, aku teringat pada sebuah masa, saat kau mengedipkan kedua matamu sembari mengucapkan “Selamat Pagi”, kepadaku setiap pagi dan menyodorkan sebatang coklat yang sudah kau gigit pucuknya. Aku tersenyum, menatap sela-sela gigimu yang berwarna lain. 

“Apa tidak ada makanan lain kecuali coklat yang hampir setiap hari kau makan, Nora?” tanyaku.
“Ada, benda putih yang terasa pahit saat ditelan sebagai pereda sakit”, jawabnya. 

Sejenak, pikirku terdiam membayangkan sel-sel ditubuhnya yang telah bermutasi menjadi kanker dan mulai menggerogoti badannya. “Memang, tak seenak rasa coklat yang setiap hari kau kunyah”, jawabku dengan balas tersenyum.

Potongan coklat terakhirmu masih aku simpan sampai pagi ini. Jika aku rindu, ku kenang wajah tirusmu setiap pagi dengan sebatang coklat ditangan namun masih utuh pucuknya. Dan pagi ini, embun putih kembali menanti, memanggil hati menuju sepi.
Aku Mencintaimu Nora!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menunggu Senja Turun Dengan Santun