Selamat Siang.
Jam satu tepat saat matahari merapat meninggi tepat di posisi kepala. Seorang ibu dengan langkah terhuyun-hujun menggendong 5 botol dengan selendangnya. Aku kira ia penjual jamu karena dari penampilan dan raut mukanya menggambarkan seseorang penjual jamu, namun aku salah. Saat ibu itu terhuyun-huyun mendekati kami, dia menawarkan madu. Ya madu. Ia bilang madu ini madu asli hutan, sulit ditemukan dan hanya bisa dipanen setiap 6 bulan. Ditawarkannya madu itu seharga Rp 100.000,00, apa mungkin ia sudah putus asa menjajakan barang dagangannya maka Ia memberi harga kami Rp 50.000,00. Maaf ibu, harga itu masih terlalu tinggi untuk kami, kalau Rp 40.000,00 apa boleh?
Dengan tersenyum ibu itu menerima uang kami. Ya madu lebah hutan yang biasanya seharga Rp 100.000,00 dapat kami beli dari ibu-ibu penjual keliling Rp 40.000,00. Dari raut wajahnya aku yakin ia tidak akan berbohong.
Heranku, apa yang salah dengan ibu, madu dan kita? Ibu itu berjalan berkeliling menjajakan madunya. Kenapa ia tidak mencari tengkulak untuk membeli madunya? Tentu ia tidak akan repot-repot untuk mendapatkan uang dari hasil mencari madu dihutan oleh suaminya. Madu, darimu lebah berasal. Selalu jadi barang rebutan tetapi kenapa masih ada yang susah menjual kau? Bukankah kau sudah terkenal ke seantero bumi? Kami, saya. seorang pelajar yang masih meminta uang dari orang tua. Bagaimana bisa kami merasa iba pada ibu itu?
Tidak ada yang salah maupun benar. Saya percaya Tuhan memberikan jalan yang benar untuk kita.
Semoga kau pun juga, jangan menilai banyak sedikitnya harta tetapi ingatlah kau ini masih MANUSIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar